Saturday, January 12, 2019

Apa yang dimaksud. Benang SPUN SILK ?


Persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agro-industri yang mempunyai rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut mencakup penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, produksi kokon, pengolahan kokon, pemintalan dan pertenunan sutera, dengan tujuan untuk mendapatkan kokon ulat sutera, benang sutera dan kain sutera yang berkualitas dan berkuantitas tinggi, serta mampu bersaing. Dalam proses produksi filamen sutera dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pembibitan yang berhubungan dengan produksi kokon dan penggulungan sutera atau proses pemintalan yang berhubungan dengan penguraian filamen pada kokon menjadi benang.

Pada proses produksi kokon, selain dapat menghasilkan kokon baik, yang kemudian diproses untuk dijadikan benang sutera, namun selain produk utama yang didapatkan dari proses ini, ada sejumlah limbah sutera yang dihilangkan selama manufaktur, yang memiliki nilai komersial. Salah satu limbah yang paling banyak didapatkan dalam proses ini, yaitu limbah kokon. Limbah kokon ini, berasal dari kokon berlubang, kokon cacat dan sisa kokon yang direeling. Kokon-kokon tersebut menjadi limbah, karena filamen yang ada pada kokon tidak dapat diurai menjadi benang. Namun, limbah kokon masih dapat diproses lebih lanjut sebagai diversifikasi produk persuteraan, seperti dijadikan spun silk, doupion silk dan handycraft. 

SPUN SILK

Spun silk adalah benang sutera yang dihasilkan dari limbah industri pemeliharaan ulat sutera dengan cara dipintal, limbah tersebut diantaranya:

1. Kokon rusak, hasil dari pemuliaan ngengat yang keluar dari kokon

2. Kokon ganda, hasil dari pengokonan dua ulat sutera yang menyatu menjadi satu kokon

3.  Floss, hasil dari seleksi kokon sebelum di reeling

4.  Friese, serat sutera kasar dan tidak rata di awal dan akhir setiap kepompong

5.  Scrap, limbah mesin yang tersisa dari proses reeling

     Limbah kokon tersebut kemudian diproses menjadi serat staple (serat pendek) dengan cara dipotong-potong.a Adapun cara pembuatan limbah serat untuk spun silk

1. Mula-mula dibuat larutan air soda dan teepol (obat pembasah = wetting agent). Soda dan teepol berguna untuk melepaskan atau menghilangkan serisin, sehingga serat-serat kokon terurai (degumming).

2.  Menyiapkan 100 liter didalam drum, yang berisi 3 gram soda dan 200 cc teepol.

3.  Cara merebus kokon :

a.  Kokon dimasukkan ke dalam drum untuk direbus.
b.  Dicampurkan larutan air soda dan teepol.
c.  Kokon ditekan-tekan, dengan menggunakan alat penekan, agar mengempes.
d. Selanjutnya ditambah kokon lagi, ditekan-tekan sampai volume kokon menjadi seperempat drum.
e.  Api dihidupkan dan kokon mulai direbus.
f.  Setelah temperature air larutan mencapai  750 C, selama  40 menit kemudian kokon akan naik (muncul).
g. Ditekan-tekan lagi dengan alat penekan dari kayu, apabila tidak ditekan-tekan maka kokon akan tumpah.
h.  Setelah air mendidih, kokon dibalik. 1/2 jam kemudian dibalik lagi.
i. Begitu seterusnya sampai kokon masak. Lama perebusan  3 jam, apabila perebusan menggunakan bahan bakar kayu.
j.   Kokon kemudian dicuci 2 – 3 kali (sampai terlihat bersih).
k.  Kemudian diperas, dijemur sampai kering, sehingga seperti serat kapas.
l.  Bahan sutera yang telah mengalami pemasakan selanjutnya dikerjakan dengan mesin-mesin yang sama seperti, pada proses pengerjaan wol dan serat-serat staple lainnya. Serat-serat mengalami pengerjaan pembukaan, penguraian dan peregangan serta penyisiran. Kemudian disuapkan pada mesin Roving dan mesin Ring Spinning serta Twisting. Hasil benangnya disebut Spun Silk.

Dari limbah kokon ini, dapat menghasilkan benang spun silk yang kuat dan elastis, namun kurang berkilau. Spun silk dapat digunakan untuk pembuatan shantung, hiasan gaun dan pelapis, anyaman elastis, sutera jahit, sutera musim panas, beludru, dan kain payung.

Doupion silk dibuat dari kokon ganda atau kokon doubel. Kokon ganda didapatkan dari dua ulat yang menyatu saat proses pengokonan. kokon ganda dapat dibuat menjadi benang filamen ukuran besar (denier tinggi) dengan mesin reeling khusus (Doupion Reeling Silk Machine) untuk dipintal menjadi doupion silk. Doupion silk memiliki keunggulan, yaitu mudah diwarnai dan dijahit, namun sutera ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak memiliki kemampuan peregangan, secara alami teksturnya tidak teratur dan ujung-ujungnya dapat terurai. Selain dijadikan sebagai benang, limbah sutera dari kokon cacat pun dapat dijadikan sebagai handycraft atau kerajinan tangan, yaitu aksesori seperti bros, jepit, anting, gantungan kalung dan cincin, juga dapat dibuat lukisan, kap lampu, tas, gantungan kunci dan lainnya.

Sumber :

1. Blog : nuraeninia.blogspot
2. Atmosoedarjo, H. S., J. Katsubrata, M. Kaomini., W. Saleh, dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta : Sarana Wana Jaya.

Tips mengetahui keaslian kain sutera


Salah satu tip untuk mengetahui keaslian kain sutera sebelum membelinya.

Bahan baku benang utk kain ada yang full mrnggunakan benang sutera, tapi ada juga yang campuran.
Mungkin kita sering mendengar istilah sutera nomor satu, nomor dua dan seterusnya. Istilah ini biasanya dipakai oleh pedagang sutera khususnya di daerah asal pertenunan sutera di Sulawesi selatan, tepatnya di Sengkang, kabupaten Wajo.
Kebanyakan awam mungkin belum tahu dengan istilah sutera tersebut. Bisa jadi mereka mengira bahwa istilah yang dipakai untuk klasifikasi sutera yang disebutkan serupa dengan klasifikasi yang dipakai untuk produk tas-tas bermerek yang ada dipasaran, misalnya Original atau Ori, KW1 , KW2 dan seterusnya.
Awalnya akupun sempat berfikir demikian, mengira bahwa yang disebut sutera nomor satu maksudnya adalah sutera yang bahannya terbuat dari bahan sutera pilihan atau kualitas terbaik, sutera nomor dua terbuat dari sutera yang kualitasnya agak dibawahnya dan seterusnya. Namun setelah aku terjun ke dunia usaha pertenunan dan menggeluti usaha tersebut selama bertahun-tahun barulah kumengerti dan faham tentang pemakaian istilah tersebut
Sutera nomor satu adalah sebutan untuk bahan bisa berupa sarung atau kain meteran yang terbuat dari benang sutera asli. Sedangkan untuk bahan yang mereka sebut sutera nomor dua, biasanya lungsi atau panjang kain yang terbuat dari sutera dan pakan atau bidang kain terbuat dari bahan lain misalnya viscose, polyester, bahan serat atau sintetis.
Sedangkan yang mereka sebut sebagai sutera nomor tiga tak lain adalah kain yang tidak mengandung sutera sama sekali, tetapi mereka menyebutnya sebagai sutera India. Padahal bahan tersebut tak lain adalah polyester yang mereka buat dengan motif sutera dan merubah sebutannya dengan nama sutera india. Sampai sekarang, aku tak tahu dari mana asal muasal sehingga bahan tersebut bisa berubah sebutannya sedemikin rupa.
Menurutku sebenarnya kurang tepat  jika tak mau dikata salah jika ada pengklasifikasian sutera seperti itu. Karena selama ini yang aku ketahui bahwa sebenarnya benang sutera itu sebenarnya sama, berasal dari ulat sutera. Jikapun ada perbedaan biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti alam, geografis, tekhnologi, sumber Daya Manusia dan sebagainya.
Misalnya benang sutera yang bersal dari Cina akan berbeda hasilnya dengan benang sutera yang berasa dari Indonesia. Begitupun dengan benang sutera asal Indonesia sendiri, pasti ada perbedaan antara benang sutera yang berasal dari Semarang dengan benang sutera yang berasal dari Sulawesi Selatan.Dan Masing- masing punya keunggulan tersendiri.
Untuk mereka yang mungkin belum mengetahui cara membedakan antara sutera asli atau bukan, sebenarnya ada beberapa cara yang bisa kita sbb:

1. Secara fisik, sutera asli akan terlihat lebih berserat dan menonjolkan alur-alur benangnya, sedangkan sutera campur akan terlihat lebih mengkilap dan terlihat lebih mulus.
2. Sutera asli, akan terasa lebih kesat dan terasa sejuk ketika diraba, sementara sutera yang dicampur dengan bahan lain akan terasa lebih licin dan terasa lebih panas/gerah ketika disentuh. Biasanya, sutera yang seperti ini dicampur dengan viscose atau bahan sutera sintetis.
3. Bahan yang terbuat dari sutera asli akan terlihat banyak sambungan benangnya, hal ini disebabkan karena panjang benang sutera yang dihasilkan oleh kepompong terbatas sehingga perlu proses penyambungan. Sedangkan sutera campuran atau yang sering disebut sutera nomor dua akan terlihat lebih mulus dan tidak terdapat sambungan benang karena bahan pencampurnya adalah sintetis yang bisa dibuat seberapa panjang yang dikehendaki.
4. Bahan yang terbuat dari sutera asli akan lebih ringan dibandingkan dengan bahan yang terbuat denga sutera campuran, dan lebih “melayang” ketika di jatuhkan ke lantai, terutama untuk yang berbahan sutera tipis seperti syal dsb.
5. Dan cara yang paling baik dan mudah untuk membedakan antara sutera asli dan palsu adalah dengan membakarnya. Caranya adalah dengan mengambil beberapa helai benang dari bahan yang akan diuji keasliannya lalu di bakar.Benang sutera asli jika dibakar tidak akan habis dengan cepat, dan akan meninggalkan sisa pembakaran yang berbau seperti bulu ayam atau rambut yang terbakar dan akan meninggalkan sisa pembakarannya yang berwarna agak kehitaman dan akan habis jika diremas. Sedangkan bahan yang terbuat dari bahan lain akan terbakar dengan cepat dan tidak meninggalkan sisa abu pembakaran, atau kadang meninggalkan sisa pembakaran yang keras seperti plastik dan kadang berbau seperti kapas atau kertas yang terbakar.
Demikianlah beberapa tips yang bisa dipakai untuk mengetahui keaslian sutera yang dibeli, semoga bermanfaat dan bisa menghindarkan kita dari rasa menyesal membeli sutera yang kita sangka asli, tetapi ternyata palsu.

Sumber :
Dari blog ummuiqbal

Monday, March 19, 2018

SISTEM PENOMERAN & FISIK/ MUTU BENANG. (lanjutan)


Agar semua proses pembuatan kain/ bahan tekstil bisa dihitung dan direncanakan secara exact, maka ditentukanlah system penomeran benang.

Perlu diketahui bahwa kehalusan/ Fineness (masa benang/ bakal benang) diukur dengan nilai Tex, yaitu masa benang dibanding dengan panjangnya,. Tex ini biasa dipakai hanya untuk individual fibres (serat tunggal).




                            1 gr                   
            1 Tex    = ----------  
                              1000 m


                              1 mg
             1 mtex  = ---------
                              1000 m


                              0, 1 gr
            1 dtex    = -----------
                              1000 m


                              1000 g
             1 Ktex  = ----------
                              1000 m


Dua Jenis Sistem Penomeran Untuk Benang:

Sedangkan untuk benang yang sudah jadi, digunakan sytem penomeran yang lain seperti akan diterangkan dibawah ini:

Ada dua system penomeran benang, yaitu:

1.     Sistem langsung, dimana makin BESAR nomer benang, berarti makin BESAR diameter benang nya. Ini biasanya dipakai untuk penomeran  benang- benang FILLAMENT YARN.
2.     Sistem tak langsung, dimana makin BESAR nomer benang, berarti makin KECIL diameter benang nya. Sistim ini digunakan untuk benang benang SPUN YARN.

A. Sistem langsung.

Berat dicari untuk suatu panjang tertentu, yang sudah ditetapkan.
Misalnya : No. Tex (tex), yaitu berapa gram tiap panjang benang 1 km.
                  No.Denier (den/d), yaitu berapa gram tiap panjang benang 9000 m.
                  No.Decitex (dtex), yaitu berapa gram tiap panjang benang 10,km.



B. Sistem tak langsung.

Panjang dicari untuk suatu berat tertentu, yang sudah ditetapkan.
Misalnya yang saat ini banyak dipakai adalah N(ew) e(nglish) Count:

No. Ne1 (untuk benang spun)
yaitu berapa kelipatan 840 yards untuk tiap berat 1 pounds (0,453 kg)
No.Ne2 (untuk benang worsted)
yaitu berapa kelipatan 560 yards untuk tiap berat 1 pounds (0,453 kg)
No.Ne 3 (untuk benang linen)
yaitu berapa kelipatan 300 yards untuk tiap berat 1 pounds (0,453 kg).
No.Nm  (untuk benang spun)
yaitu berapa kilo meter panjang benang tiap berat 1 kilogram benang.
                
                
           

BASIS SYSTEM PENOMERAN LANGSUNG (sebagian system sudah jarang dipakai lagi)


No

Jenis benang

System

Symbol No

Basis
Persamaan umum
(Berapa berat persatuan panjang

1



2



3



4




5




6





7




8





Benang syntetis / fil         lament (nylon, polyester dll).

Raw silk (dram silk).



Semua benang



Semua benang




Semua benang




Semua benang




Benang jute (kasar)




Benang Woolen

Titer
Denier


Drahm
(dirham)


Grey
(A.S.T.M)



Tex/mer
English



Integral




Poumar




Spyndle




American

Td



Drahm




TG / Gx



Tm/ tex



T1





Tp




Ts




Grain

Denier / 450 m
      Atau
 Gram/ 9000 m

Drahm/1000 yds




Gram / 10.000 m



Gram / 1000 m




Lbs/ 700.000 yds
          atau
gram / 100 yds.

Lbs/ 100.000 yds




Lbs/ 14.400 yds
          Atau
Ounce/ 900 yds
  ( 1 OZ = 28,3 gr)

Grain / 20 yds
         9000 x gr
Td = -------------
           Meter

           1000 x drahm
Dram = ---------------
                 Yards


         10.000 x gram 
Tg = ----------------
               Meter

           1000 x gram
Tex = ----------------
                Meter


        700.000 x Lbs
Ti = -------------------
                Yds


         100.000 x Lbs
Tp = ------------------
                Yds

        14.400 x Lbs
Ts = ------------------
                Yds


          140.000 x Lbs
Grain = ---------------
                 Yds


                 BASIS SYSTEM PENOMERAN TAK LANGSUNG
                          (sebagian system sudah jarang dipakai lagi)



No


Jenis benang


System


Symbol No
Basis
Satuan panjang (hank), kelipatan dari panjang tertentu

Persamaan umum
(Berapa persatuan panjang tiap berat tertentu)

1



2



3



4



5



6





7


8



Benang Spun – kapas, rayon- silk spun.


Benang kasar (Worsted yarn)- Mohair, camel, alphaca.

Linen, yute, rami, henp (wet spun).


Woolen yarn



Woolen yarn



Kapas, spun rayon




Semua benang


Semua benang

Inggris



Inggris



Inggris



Inggris



Run



Perancis




Metrik


Typp

Ne β 1



Ne 2



Ne 3



Ne 4



Run



Nf
(f= Franc)





Nm


Nl

840 yds / 1 lbs



560 yds / 1 lbs



300 yds / 1 lbs



256 yds / 1 lbs



1600 yds/ 1 lbs



1000 m/ 500 gram
= 1000 m /  0,5 x 1 kg
= 1000 m /  0,5 x 1000 gr
= 1 meter / 0,5 gr



1 meter / 1 gram


1000 yds / 1 Lbs


                 yds
Lbs = -----------------
           840 x Ne 1

                yds
Lbs = -----------------
            560 x Ne 2

                 yds
Lbs = -----------------
           300 x Ne 3 

                 yds
Lbs = -----------------
           256 x Ne 4

                 yds
Lbs = -----------------
            1600 x Run

         0,5 x meter
Gr = -----------------
               Nf


            1 meter
Gr = -----------------
                Nm
                yds
Lbs = ----------------
           1000 x Nl


IV.2.   Benang single dan benang double, atau benang ganda lainnya.

Untuk mendapatkan sifat- sifat tertentu, misalnya kekuatan dan daya tahan gesek,
      benang single kadang di doubling, baik dua helai atau lebih  menjadi satu benang.
      Penomerannya dibedakan untuk nomor langsung dan nomor tak langsung.

      Adapun arah twist dari benang single biasanya adalah Z-direction, sedang pada    
      benang double adalah kebalikan dari arah putaran twist benang single, yaitu S-
      direction. Lihat ilustrasi berikut:

  
    
      Pada saat digandakan, maka benang menjadi beberapa kali lipat dari besar
      benang semula. Ini tentu berakibat nomornya berubah sesuai dengan nomor asal
      dan jumlah penggandaannya.

      Untuk penomeran langsung : No x n. Artinya benangnya makin besar setelah di
      Double, sesuai dengan besaran nomer nya.
    
      # Misal 1: 2 helai benang filament 150 denier digintir jadi sehelai benang.
      Berapakah nomor sekarang?
    
      Jawab: Nomor sekarang No x n  = 150 x 2 denier.= ~ 300 d

      Untuk penomeran tak langsung : No / n. Artinya benang makin besar maka
      nomernya makin kecil.
    
      # Misal 2: 3 helai benang spun Ne 45 dipintal jadi satu. Berapakah nomor
         sekarang?

      Jawab : Nomor sekarang No / n = Ne 45/3 = ~ Ne 15.

      # Misal 3: Benang Nm 40, aslinya 1 kg cones panjang 40. km.
      Setelah 2 helai benang di doubling, 1 kg cones panjangnya berapa km?
   
      Jawab: Nomornya menjadi Nm 40/ 2 = ~ Ne 20.
      Maka berat 1 kg benang, panjangnya = 20. km.


Catatan :

Apa Arti 140 Nm/2 ?
Jawab : 
Untuk Benang Sutera Spun Silk Yarn 140 Nm / 2 è
Artinya 2 helai Benang Ne 140 dipital menjadi 1

Mana yang lebih besar, 140 Nm/2 atau 210 Nm/2 ?
Jawab :
1 Nm = 1 Meter per 1 gram
Dengan Berat yang sama, maka :

140 Nm/2 ==> 140 Meter per 1 gram
210 Nm/2 ==> 210 meter per 1 gram

Logikanya, semakin panjang maka diameter semakin kecil untuk berat yang sama

Kesimpulan : 140 Nm/2 lebih besar dari 210 Nm/2


Sumber :
http://miwitiingsun.blogspot.co.id/2012/12/nomor-benang.html